Toleransi Holistik

Uncategorized2156 Dilihat

Oleh Irbar Pairing Senobua, S.T., M.T.

Palopo, 20-05-2023    

            Manusia ditakdirkan untuk berbeda-beda. Antara satu manusia dengan satu manusia lainnya. Perbedaan itu adalah kehendak Tuhan, sang maha pencipta. Maka tidak ada dan tidak akan ada satu kekuatan pun yang dapat mengubahnya. Kalaupun manusia akan mengubahnya, mereka tidak akan dapat berhasil.

Perbedaan itu, tidak hanya pada fisik manusia saja. Tetapi juga pada perbedaan sosial lainnya. Seperti usia, akibat perbedaan waktu lahir ke dunia. Perbedaan gender; laki-laki dan perempuan. Dan sejumlah perbedaan-perbedaan lainnya, yang akan muncul seiring pertumbuhan usia seorang manusia. Dan ini juga berarti keragaman agama dan budaya, serta keragaman lainnya yang tidak dapat dihindari.

Konsekuensi atas beragamnya perbedaan antara satu manusia dengan satu manusia lainnya, adalah munculnya kebutuhan yang beragam pula. Keberagaman kebutuhan yang beragam, tentunya hanya dapat terpenuhi melalui kerja-sama bantu membantu. Kerja sama bahu membahu, bergotong royong.

            Manusia sejak dahulu hingga kini, baru dapat hidup tenteram jika bantu-membantu sebagai satu umat. Sebagai suatu kelompok yang memiliki persamaan dan keterikatan. Karena kodrat mereka demikian, tentu saja mereka harus berbeda-beda dalam banyak hal termasuk profesi dan kecenderungan.

            Keragaman profesi dan kecenderungan, itu karena kepentingan yang banyak dan berbeda-beda. Sehingga dengan perbedaan tersebut, yang satu dapat menyiapkan suatu kebutuhan untuk dirinya dan untuk orang lain. Begitu juga dengan orang lain tersebut, dia akan menyiapkan kebutuhan untuk dirinya dan juga untuk kebutuhan orang lainnya.

            Manusia tidak mengetahui sepenuhnya , bagaimana cara memperoleh kemaslahatan mereka. Tidak juga mengetahui bagaimana cara mengatur hubungan antarmereka. Atau bagaimana menyelesaikan perselisihan yang berpotensi muncul di antara mereka. Di sisi lain, manusia memiliki sifat egoisme yang dapat muncul sewaktu-waktu sehingga dapat menimbulkan perselisihan.

            Menyadari bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dan sama dalam kemanusiaan. Sehingga untuk menjalani kehidupan dengan kegiatan yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya, maka kehadiran yang namanya toleransi menjadi suatu yang mutlak.

            Perbedaan yang mutlak adanya. Bahkan untuk manusia kembar sekalipun. Dipastikan diantara mereka terdapat ketidaksamaan. Dengan adanya perbedaan yang beragam itu, melahirkan pula kebutuhan yang beragam. Untuk memenuhi kebutuhan yang tidak sama tersebut, maka dibutuhkan apa yang disebut toleransi.

            Toleransi yang populer selama ini terkait atas adanya perbedaan agama, perbedaan ras, dan perbedaan budaya. Namun ternyata perbedaan tidak hanya sebatas itu semata. Perbedaan gender, antara lelaki dan perempuan, juga merupakan suatu perbedaan. Antara yang berumur tua dan yang masih muda, juga adalah suatu perbedaan. Antara yang bertubuh normal dan yang disabilitas, juga adalah suatu perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini semua membutuhkan kebutuhan yang tidak sama. Karena perbedaan itu adanya dimana-mana, hampir semua sisi kehidupan terdapat yang namanya perbedaan. Maka juga diperlukan toleransi secara menyeluruh dalam segala sisi kehidupan. Toleransi untuk seluruh sisi kehidupan, itulah yang disebut Toleransi Holistik.

            Toleransi holistik dibutuhkan untuk menjembati setiap perbedaan. Perbedaan agama dan keyakinan, melahirkan toleransi dalam hidup beragama. Perbedaan budaya melahirkan toleransi dalam berbudaya. Perbedaan suku melahirkan toleransi bermasyarakat di tengah suku yang berbeda. Begitu juga dengan adanya perbedaan gender; perempuan dan laki-laki, tentu saja membutuhkan sikap toleransi untuk saling memahami atas perbedaan gender tersebut. Perbedaan dalam usia; anak-anak, remaja, dan orang dewasa, tentu saja juga membutuhkan toleransi antara satu dengan yang lain. Kesiapan untuk menerima perbedaan di segala sisi kehidupan, itu lah yang disebut sikap toleransi yang holistik.

            Toleransi holistik di bidang perencanaan pembangunan misalnya. Maka seorang perencana atau perancang, harus memperhatikan kemungkinan-kemungkinan perbedaan yang akan muncul kelak. Untuk sebuah banguan objek wisata misalnya. Maka mesti sudah dipersiapkan fasilitas untuk pengunjung yang beranega perbedaan. Mulai dari usia; anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Mereka ini semua butuh perlakuan yang berbeda. Perbedaan gender; laki-laki dan perempuan, juga butuh fasilitas yang tidak sama. Antara orang normal dan disabilitas, pun membutuhkan fasilitas yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini kesemuanya mesti direncanakan dari awal.

            Pengertian toleransi holistik atau toleransi, tidak berarti otomatis mengakui kebenaran pihak lain. Akan tetapi maknanya adalah mengakui haknya pihak lain untuk menganut dan mengamalkan pandangannya atau pendapatnya. Serta juga mengakui akan haknya pihak lain tersebut untuk hidup berdampingan tanpa mengorbankan pihak lain yang tidak sepandangan atau sependapat dengannya.

            Toleransi adalah suatu sikap atau kegiatan yang mengandung kesulitan dan beban. Pihak yang berhasil menerapkannya adalah mereka yang memiliki kekuatan dan kemampuan memikul beban mental. Karena itu, diperlukan kesabaran untuk memikul beban mental tersebut. Sedangkan kesabaran adalah kemampuan menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik maupun yang terbaik.

Kalau manusia menyadari hakikat jati dirinya sebagai insan yang harus hidup harmonis, bergerak dinamis, dan mau melupakan kesalahan orang lain, maka tentulah akan lahir toleransi yang diharapkan. Demikian juga kalau manusia menyadari kelemahannya, niscaya dia akan bersikap rendah hati, dan ini akan melahirkan dorongan untuk saling memaafkan dan bertoleransi guna menjalin hubungan kerja sama.

            Toleransi bukanlah pemberian dari yang mulia kepada yang hina. Akan tetapi, toleransi adalah kebutuhan semua pihak dan manfaatnya dapat diraih dan dirasakan oleh semua pihak. Dan selanjutnya menyadari bahwa semua kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan kita semua sama dalam kemanusiaan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *